Liputan6.com, Jakarta “Fashion show terakhir yang kami lihat adalah pada tahun 1988 di hotel Palestine,” ucap Umm Mustafa yang pada Jumat, 13 Maret 2015, bersama suaminya menghadiri pagelaran busana di Baghdad, Irak. Pasangan Umm Mustafa mengatakan “Kami suka fesyen dan desain. Situasi keamananlah yang telah berdampak pada segalanya. Di sini ada perkembangan namun tak ada kesempatan untuk menunjukkannya pada dunia”.
Seperti dilansir dari Telegraph.co.uk pada Senin (16/3/2015), sebanyak 500 orang datang ke hotel Royal Tulip untuk melihat busana-busana yang dibawakan 16 wanita muda Irak di Baghdad Fashion Show. “Ini adalah mimpi yang menjadi nyata, Saya telah bermimpi tentang sesuatu seperti ini sejak lama,” ujar Ayman Sultan Hajem, satu-satunya desainer pria dari 6 perancang busana yang menampilkan koleksinya dalam acara ini.
Sambungnya menjelaskan anggapan-anggapan negatif yang tumbuh di sana tentang profesi desainer, Hajem mengatakan “Saya merasakan kemenangan atas diri saya dan masyarakat”. Selain profesi desainer, pekerjaan sebagai model fesyen pun tak dianggap positif oleh norma sosial di negri itu. Seorang model di Baghdad Fashion Show bernama Haneen mengaku bahwa ibunya adalah satu-satunya orang di antara keluarga dan teman-temannya yang tahu bahwa ia berjalan di catwalk fashion show tersebut.

Pada saat yang sama, ratusan mil dari tempat acara itu, ribuan tentara Irak tengah berperang dengan grup ekstremis yang bertujuan untuk membentuk Islamic State. “Jika Anda di Baghdad, acara ini adalah tindak perlawanan terbesar. Ini bukan perang dengan pesawat jet dan tank tapi dengan ide,” jelas Abdelkader Ghassan, seorang Marketing Manager sebuah perusahaan tur wisata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar